Kegiatan Ekonomi Konsumsi: Pengertian Konsumsi, Tujuan Kegiatan Konsumsi, Pola Perilaku Konsumen, dll
Kegiatan Ekonomi Konsumsi
Kegiatan konsumsi adalah suatu kegiatan menghabiskan atau mengurangi nilai guna/manfaat suatu barang atau jasa yang ditunjukan langsung untuk memenuhi kebutuhan dan keingingan. Dalam kegiatan tertentu Anda pasti sering mendengar istilah konsumsi bukan? Pada masyarakat luas istilah konsumsi sering diartikan sebagai kegiatan menghabiskan makanan dan minuman, akan tetapi dalam ilmu ekonomi istilah konsumsi tidak hanya sebatas pada persoalan makan dan minum saja tetapi menyangkut semua kebutuhan hidup masyarakat, baik itu kebutuhan yang menyangkut jasmani maupun kebutuhan rohani.
Pengertian Kegiatan Konsumsi
Secara umum,
konsumsi dapat diartikan sebagai kegiatan menghabiskan/mengurangi nilai guna
atau manfaat suatu barang maupun jasa yang ditunjukan langsung untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Seperti kita ketahui bahwa kebutuhan hidup masyarakat sangat
beraneka ragam, misalnya dalam kebutuhan makanan, minuman, pakaian, rumah dan
sebagainya. Untuk itu, untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan banyak
produksi barang dan jasa.
Barang konsumsi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu barang yang hanya dapat dipakai sekali, contohnya makanan, minuman dan sebagainya dan barang yang dapat dipakai beberapa kali, contohnya pakaian, kendaraan, perabotan dan sebagainya.
Agar Anda memahami pembahasan mengenai kegiatan ekonomi, baca 2 pembahasan sebelumnya: Kegiatan Ekonomi Produksi dan Kegiatan Ekonomi Distribusi.
Tujuan Kegiatan Konsumsi
Dalam
kegiatan ekonomi seorang konsumen melakukan kegiatan konsumsi atas dasar beberapa
tujuan tertentu, dalam hal ini secara umum setidaknya terdapat empat tujuan
kegiatan konsumsi, antara lain yaitu:
1) Mengurangi Nilai Guna Barang
atau Jasa Secara Bertahap
Pada saat
seseorang melakukan kegiatan konsumsi akan terjadi pengurangan nilai guna dari
barang atau jasa yang dikonsumsi tersebut secara bertahap. Contohnya seperti
penggunaan pakaian, alat rumah tangga, kendaraan, dan sebagainya.
2) Menghabiskan Nilai Guna
Barang Sekaligus
Seperti yang
telah disinggung di atas, bahwa pada saat kegiatan konsumsi ada barang yang
akan habis dipakai pada saat itu juga dan ada barang yang bisa
dipakai/dikonsumsi beberapa kali. Dalam hal ini contoh barang yang habis
sekaligus diantaranya yaitu makanan, minuman, dan sebagainya.
3) Memuaskan Kebutuhan Secara
Fisik
Biasanya salah
satu motif seseorang melakukan kegiatan konsumsi adalah bertujuan untuk
mencukupi kebutuhan mereka secara fisik. Contohnya penggunaan pakaian,
penggunaan alat-alat olahraga, bisa juga makanan, dan sebagainya.
4) Memuaskan Kebutuhan Rohani
Selain untuk
memenuhi kebutuhan secara fisik atau jasmani, motif lain seseorang melakukan
kegiatan konsumsi adalah untuk memenuhi kebutuhan rohaninya. Contohnya seperti
pergi berlibur, bermain game, berdoa, menonton film, dan sebagainya.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Konsumsi
Kita tahu
bahwa untuk melakukan kegiatan konsumsi kita harus memiliki barang untuk
dikonsumsi. Untuk mendapatkan barang konsumsi tersebut kita harus membuat atau
membelinya. Banyaknya barang yang kita konsumsi tergantung dari harga dan banyaknya barang yang tersedia
dimasyarakat. Tahukah Anda bahwa besarnya konsumsi seseorang akan dipengaruhi
oleh faktor-faktor berikut:
1)
Kemampuan
produksi masyarakat dalam menyediakan barang konsumsi.
2)
Tingkat
penghasilan seseorang, khususnya kemampuan untuk membeli barang.
3) Harga barang yang tersedia.
Selain
ketiga faktor diatas, besarnya konsumsi seseorang juga dipengaruhi oleh selera
dan intensitas kebutuhannya serta adanya barang substitusi. Dalam hal ini
semakin tinggi selera dan intensitas kebutuhannya, maka akan semakin besarpula
jumlah konsumsinya. Selain itu jika barang substitusi jumlah dan jenisnya
banyak maka konsumsi terhadap barang yang disubstitusi akan semakin menurun,
hal ini disebabkan karena biasanya barang substitusi lebih murah harganya
dibandingkan barang yang disubtitusi jadi orang lebih tertarik mengkonsumsi
barang substitusi. Besarnya tingkat konsumsi masyarakat mencerminkan tingkat
kemakmuran masyarakat tersebut, yang artinya semakin tinggi tingkat konsumsi
masyarakat, berarti semakin tinggi pula tingkat kemakmurannya.
Pola Perilaku Konsumen
Perilaku
pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan kata lain, perilaku kita pada
umumnya termotivasi oleh suatu keinginan atau hasrat untuk mencapai tujuan
tertentu. Motivasi seseorang tergantung pada kekuatan motif mereka. Pada
dasarnya, motif kebutuhan merupakan alasan yang melandasi perilaku.
Kebutuhan
ataupun keinginan setiap orang begitu banyak dan apabila dihitung tidak akan
ada habisnya, oleh karena itu dalam hidup kita selalu dihadapkan dengan
berbagai alternatif pilihan dan kita dituntut harus selalu melakukan pilihan
sehubungan dengan sumber daya mendasar. Berkaitan dengan itu konsep dasar
perilaku konsumen menyatakan pada umumnya konsumen selalu berusaha untuk
mencapai utilitas yang maksimal dari pemakaian suatu benda.
Yang dimaksud
utilitas adalah seberapa besar derajat sebuah barang atau jasa dapat memberi
kepuasan atas kebutuhan seseorang, atau ukuran kepuasan yang diterima dari
penggunaan barang dan jasa. Utilitas sering juga disebut sebagai nilai guna.
Pada kenyataannya setiap orang mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda-beda,
namun setiap orang akan berusaha untuk mencapai kepuasan yang maksimal.
Konsumen
adalah individu yang melakukan kegiatan konsumsi barang atau jasa, dalam
melakukan kegiatan konsumsinya konsumen memiliki perilaku yang sangat bergam.
Namun pada intinya konsumen ingin memaksimalkan kepuasannya dengan sejumlah
uang yang dimilikinya.
Dalam teori
perilaku konsumen dijelaskan begaimana cara seseorang memilih suatu barang atau
jasa yang diyakini akan memberikan kepuasan maksimum terhadap dirinya dengan
terbatasi oleh pendapatan dan harga barang tersebut.
Untuk
mengetahui perilaku konsumen dalam memaksimalkan kepuasan ini, dikenal dua
pendekatan, yaitu pendekatan nilai guna atau pendekatan kardinal dan yang kedua
pendekatan kurva indiferen atau pendekatan ordinal.
1)
Pendekatan Nilai
Guna/Utilitas Kardinal (Cardinal Approach)
Dalam
pendekatan ini utilitas dapat diukur secara langsung melalui angka-angka. Oleh
sebab itu juga pendekatan ini disebut sebagai pendekatan kardinal (cardinal approach). Pada pendekatan
kardinal terdapat dua konsep yang digunakan yaitu konsep Total Utility (TU) dan
Marginal Utility (MU).
Untuk lebih
memahami pendekatan ini kita analogikan pada orang yang sedang merasa
kelaparan. Misalnya suatu hari setelah pulang sekolah Anda merasa sangat lapar,
setibanya di rumah Anda tidak menemukan makanan karena ibu Anda sedang pergi
keluar dan ia tidak menyiapkan sebuah makanan untuk Anda. Tak berselang lama
tante Anda mampir ke rumah dengan membawa beberapa donat, alngkah senangnya
Anda ketika itu karena sudah merasa sangat kelaparan.
Tanpa pikir
panjang Anda pun langsung melahap donat tersebut satu persatu. Pada donat
pertama yang Anda makan, Anda akan mendapatkan tingkat utilitas tertentu,
selanjutnya pada donat yang kedua yang Anda makan total utilitas Anda akan
meningkat karena donat kedua memberikan tambahan utilitas. Tambahan utuiltas
inilah yang disebut utilitas marginal atau marginal utility.
Sejalan
dengan hukum utilitas marjinal yang semakin berkurang (the law of diminishing marginal utility), semakin banyak Anda
mengonsumsi donat, utilitas tambahan yang diperoleh dari mengonsumsi donat
tersebut semakin berkurang. Utilitas marjinal yang semakin berkurang muncul
akibat dari kenyataan bahwa kenikmatan yang Anda peroleh dari memakan donat
tersebut akan menurun sejalan dengan makin banyaknya donat yang dikonsumsi.
Dengan semakin berkurangnya utilitas tambahan tersebut, utilitas total akan
meningkat dengan laju yang makin menurun. Nilai utilitas total akan maksimum
pada saat nilai utilitas marjinal sama dengan nol (MU = 0).
a)
Hukum Gossen I
Hukum Gossen
I yang dikemukakan oleh Hermann Heinrich Gossen lahir atas dasar pola konsumsi
manusia dalam mengkonsumsi satu jenis barang untuk mencapai utilitas maksimum.
Hukum ini menyatakan:
”Jika pemenuhan kebutuhan akan satu jenis barang dilakukan secara terus-menerus, utilitas yang dinikmati konsumen akan semakin tinggi, tetapi setiap tambahan konsumsi satu unit barang akan memberikan tambahan utilitas yang semakin kecil.”
Utilitas
dari memakan donat dapat dinyatakan dalam angka. Misalnya, pada saat Anda
memakan donat yang pertama, tingkat utilitas Anda baru mencapai nilai 6 util.
Selanjutnya, pada saat Anda memakan donat kedua nilai tingkat utilitas Anda meningkat
menjadi 11 util. Demikian juga, pada saat Anda memakan donat ketiga ketiga
nilai tingkat utilitas Anda naik lagi menjadi 15 util.
Selanjutnya,
secara berturut-turut untuk donat keempat nilai tingkat utilitasnya menjadi 18
util, untuk donat kelima nilai tingkat utilitasnya menjadi 20 util, untuk donat
keenam nilai tingkat utilitasnya adalah 21util, untuk donat ketujuh juga nilai
tingkat utilitasnya adalah 21 util. Dan apabila situasi tersebut digambarkan
dalam tabel akan tampak sebagai berikut:
Dari tabel
diatas terlihat bahwa utilitas total akan naik sejalan dengan kenaikan konsumsi
donat, tetapi laju kenaikannya semakin menurun. Tabel diatas juga
memperlihatkan bahwa utilitas total dari mengonsumsi beberapa donat sama dengan
jumlah utilitas marjinal yang diperoleh hingga titik tertentu.
Coba Anda
perhatikan. Pada saat Anda mengonsumsi 4 donat, utilitas total Anda adalah 18
util. Jumlah dari utilitas marjinal hingga Anda mengonsumsi 4 donat adalah 6 +
5 + 4 + 3 = 18 util. Jadi, dapat disimpulkan bahwa utilitas total adalah jumlah
seluruh utilitas marjinal yang diperoleh hingga ke titik tertentu. Jika data
dari tabel diatas dibuat kurva akan tampak sebagai berikut:
b)
Hukum Gossen II
Seperti yang
sudah kita ketahui bahwa manusia memiliki kebutuhan yang tidak terbatas, mulai
dari kebutuhan yang sifatnya penting seperti kebutuhan primer sampai pada
kebutuhan yang sifatnya kurang penting. Untuk itu, Hermann Heinrich Gossen
mengemukakan teorinya yang kedua yang dikenal dengan hukum Gossen II, yang
berbunyi:
“Jika konsumen melakukan pemenuhan kebutuhan akan berbagai jenis barang dengan tingkat pendapatan dan harga barang tertentu, konsumen tersebut akan mencapai tingkat optimisasi konsumsinya pada saat rasio marginal utility (MU) berbanding harga sama untuk semua barang yang dikonsumsinya.”
Jika dilihat
tabel sebelumnya, tabel tersebut menguraikan tentang seseorang yang
memaksimalkan utilitas dari satu barang (donat) yang dikonsumsinya. Pada
kehidupan sehari-hari, setiap konsumen selalu mencoba untuk mancapai utilitas
maksimum dari berbagai macam barang yang dikonsumsinya. Andai kata harga setiap
barang itu sama, maka utilitas akan mencapai titik maksimum pada saat utilitas
marjinal dari setiap barang adalah sama.
Contohnya,
Anda mengonsumsi 3 jenis barang yaitu X, Y, dan Z. Dari ketiga jenis barang
tersebut ternyata kuantitas X yang kedua, kuantitas Y yang ketiga, dan
kuantitas Z yang kelima, memberikan utilitas yang sama. Jadi, Anda akan
mencapai utilitas maksimum pada saat mengonsumsi dua unit barang X, tiga barang
Y, dan lima unit barang Z. Hal tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
Jika barang
memiliki harga berbeda akan berlaku rumus sebagai berikut:
Keterangan:
MUX =
Marginal utility barang X
PX = Price
(harga) barang X
MUY =
Marginal utility barang Y
PY = Price
(harga) barang Y
MUZ =
Marginal utility barang Z
PZ = Price
(harga) barang Z
Contoh,
barang yang dikonsumsi Anda memiliki harga yang berbeda setiap unitnya, barang
X harga per unitnya Rp500,00, harga barang Y per unit Rp5.000,00, dan harga
barang Z per unitnya Rp10.000,00. Anda akan menapai utilitas maksimum jika
setiap unit barang memberikan utilitas marjinal yang sama untuk setiap uang
yang dibelanjakan. Kondisi tersebut tercapai pada saat nilai MU barang X=5,
nilai MU barang Y=50, dan nilai MU barang Z=100. Dengan demikian, agar tercapai
utilitas maksimum dari barang yang dikonsumsi, setiap orang harus mengatur
konsumsinya sedemikian rupa sehingga setiap unit barang akan memberikan utilitas
marjinal yang sama untuk setiap uang yang dibelanjakan.
2)
Pendekatan Utilitas Ordinal
(Ordinal Approach)
Sebagian
ahli ekonomi menolak gagasan tentang utilitas yang dapat diukur dengan angka
terhadap barang yang dikonsumsi sehari-hari. Oleh karena itu timbul pendekatan
baru untuk menjelaskan prinsip memaksimalkan utilitas seorang konsumen dengan
pendapatan yang terbatas. Teori ini dikenal dengan teori utilitas ordinal,
teori ini menyatakan bahwa utilitas tidak dapat dihitung, melainkan hanya dapat
dibandingkan.
Menurut
teori ini yang berlaku adalah apakah konsumen lebih menyukai kombinasi suatu
barang tertentu daripada kombinasi barang lainnya. Dalam teori utilitas ordinal
digunakan dua pendekatan yaitu pendekatan kurva utilitas sama (indifference curve) dan garis anggaran (budget line).
a)
Indifference
Curve (Kurva Indiferen)
Dalam
pendekatan ini terdapat asumsi yang menyatakan bahwa konsumen dapat melakukan
pememilihan kombinasi konsumsi tanpa harus menyebutkan bagaimana ia memilihnya.
Contohnya, Anda ditawarkan kombinasi barang tertentu, misalkan 10 unit kemeja
dan 8 unit pensil. Kemudian, Anda diberi beberapa alternatif pilihan kombinasi
barang yang jumlahnya berbeda dari sebelumnya, misalnya 8 unit kemeja dan 10
unit pensil.
Jika Anda menilai alternatif yang diberikan berupa tambahan 2 unit pensil lebih rendah daripada pengurangan 2 unit kemeja, Anda mungkin akan memilih kombinasi barang yang pertama. Anda dapat menilai kedua kombinasi barang tersebut tidak berbeda (indifferen). Setelah beberapa alternatif kombinasi barang diberikan, Anda memperoleh beberapa kombinasi barang yang Anda anggap indiferen. Atau dengan kata lain, kombinasi barang tersebut menurut Anda akan memberikan utilitas yang sama. Kita lihat dalam tabel berikut:
Tabel
Pilihan Kombinasi Barang yang Memberikan Utilitas (Utilitas yang Sama)
Jika kita
gambarkan dalam bentuk kurva, diperoleh kurva indiferen sebagai berikut:
Tabel dan Kurva di atas merupakan salah satu dari berbagai macam kemungkinan yang tak terhitung jumlahnya. Pembuatan tabel dan kurva seperti ini dapat diulang sebanyak itu diperlukan. Misalnya, Anda dapat membuat tabel dan kurva yang menggambarkan kombinasi barang yang menawarkan tingkat utilitas yang lebih besar pada konsumen.
Dalam hal
ini, asumsinya adalah bahwa konsumen akan memperoleh tingkat utilitas yang
lebih tinggi dengan cara menambah jumlah konsumsi kedua jenis barang.
Penambahan konsumsi kedua barang tersebut akan menyebabkan pergeseran garis ke
kanan ata, sehingga kurva indiferen akan semakin jauh dari titik nol. Semakin
jauh kurva indiferen dari titik nol, maka semakin tinggi tingkat utilitas yang
diberikan oleh kombinasi kedua barang tersebut. Himpunan dari beberapa kurva
indiferen dinamakan sebagai peta indiferen (indifference
map).
Contoh,
Kurva berikut ini memperlihatkan kurva indiferen yang dikembangkan dari Kurva diatas,
yaitu sebagai berikut:
Jadi bisa
dilihat, kurva IC2 dapat menggambarkan tingkat utilitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kurva IC1, sedangkan kurva IC3 lebih tinggi dibandingkan
kurva IC2, dan seterusnya.
b)
Budget
Line (Garis Anggaran)
Setiap
konsumen yang memiliki pendapatan tetap dalam membelanjakan uangnya selalu
dihadapkan dengan berbagai pilihan barang. Misalnya, Anda adalah seorang
karyawan sebuah perusahaan yang memiliki pendapatan tetap sebesar Rp500.000,00
dan uang tersebut Anda gunakan untuk membeli makanan dan baju. Harga makanan
misalkan adalah Rp20.000,00 per unit dan harga baju adalah Rp25.000,00 per
unit. Anda berniat akan menghabiskan uang yang ada untuk membeli makanan dan
baju. Anda dapat membelanjakan uang tersebut untuk membeli berbagai alternatif
kombinasi makanan dan baju. Jika seluruh uang yang ada dibelanjakan untuk
membeli makanan, Anda dapat membeli 25 buah/porsi makanan.
Adapun jika
digunakan untuk membeli baju, Anda dapat membeli 20 potong baju. Beberapa
kemungkinan dari kombinasi makanan dan baju tersebut dapat dilihat pada Tabel
berikut:
Berdasarkan
Tabel diatas, dapat digambarkan sebuah kurva garis anggaran yang berbentuk
garis lurus. Kurva garis anggaran ini menunjukkan seluruh kombinasi dari kedua
jenis barang yang mungkin bisa terjadi, jika seluruh pendapatan konsumen habis
dibelanjakan. Oleh karena itu, garis anggaran menggambarkan semua kombinasi
barang-barang yang tersedia bagi rumah tangga pada penghasilan tertentu dan
pada harga barang yang dibelinya.
Macam-Macam Perilaku Konsumen
Dalam
mengonsumsi suatu barang perilaku konsumen dibedakan menjadi dua macam, yaitu
perilaku konsumen yang rasional dan perilaku konsumen yang tidak rasional.
Berikut perbedaan keduanya:
1)
Perilaku Konsumen Rasional
Suatu
konsumsi dapat dikatakan rasional apabila memerhatikan hal-hal berikut ini:
a) Barang yang dikonsumsi
dapat memberikan kegunaan optimal bagi konsumen.
b) Barang tersebut benar-benar
diperlukan oleh konsumen.
c) Mutu dan kualitas barang
terjamin.
d) Harga barang/jasa sesuai
dengan kemampuan konsumen itu sendiri.
2)
Perilaku Konsumen Tidak
Rasional
Suatu
konsumsi dapat dikatakan tidak rasional apabila konsumen tersebut membeli atau
mengkonsumsi barang tanpa dipikirkan terlebih dahulu kegunaannya. Misalnya
alasan membeli barang tersebut hanya karena:
a) Tertarik oleh promosi atau
iklan di media cetak maupun elektronik.
b) Ingin memiliki merek yang
sudah dikenal banyak konsumen.
c) Tertarik dengan adanya
bursa obral atau bonus-bonus dan diskon.
d) Memberi barang hanya karena
prestise atau gengsi.
Keseimbangan Konsumen
Untuk
mengetahui bagaimana konsumen mengalokasikan penghasilannya diantara dua
barang, perlu adanya keselarasan antara apa yang diinginkan dan apa yang dapat
diperoleh oleh konsumen tersebut. Ini dapat diketahui melalui penggabungan peta
indiferen dengan kurva garis anggaran konsumen. Kita lihat penggabungan antara
keduanya pada sebuah kurva sebagai berikut:
Berdasarkan
kurva diatas, garis anggaran AB diletakan diatas peta indiferen konsumen. Lihat
garis lengkung pada posisi sebelah kanan atas garis AB, garis tersebut
menunjukan kombinasi barang yang tidak dapat dibeli dengan anggarang yang
dimiliki. Sedangkan garis lengkung pada posisi sebelah kiri bawah garis AB
menunjukan kombinasi barang yang harganya lebih rendah dari
penghasilan/pendapatan sehingga tidak masuk hitungan karena sebelumnya
diasumsikan bahwa Anda membelanjakan seluruh penghasilan Anda sebesar Rp.
500.000,00.
Jadi posisi
yang harus Anda pilih supaya utilitas Anda maksimum adalah pada saat garis
anggaran tepat menyinggung kurva indiferen tertinggi yang dapat dicapai.
Keadaan tersebut disebut dengan keseimbangan konsumen. Jika dilihat pada kurva
maka Anda akan mencapai utilitas maksimum dengan anggaran yang ada pada titik
E, yang artinya Anda dalam mencapai utilitas maksimum dibatasi oleh tingkat
pendapatan yang Anda miliki. Keterbatasan ini merupakan satu kenyataan bahwa
seseorang tidak dapat mengkonsumsi barang yang nilainya melebihi pendapatannya.
Posting Komentar untuk "Kegiatan Ekonomi Konsumsi: Pengertian Konsumsi, Tujuan Kegiatan Konsumsi, Pola Perilaku Konsumen, dll"
Berkomentarlah sesuai topik pembahasan artikel, dan jangan ragu untuk menegur kami apabila ada kesalahan dalam artikel. Terima kasih.