Pengertian Inflasi dan Indeks Harga Konsumen (IHK)
Inflasi dan Indeks Harga Konsumen (IHK)
Inflasi merupakan suatu keadaan dimana adanya kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum yang berlangsung secara terus-menerus (kontinu) akibat tidak seimbangnya arus barang dan arus uang dalam suatu perekonomian. Sedangkan Indeks Harga Konsumen (IHK) / consumer price index adalah ukuran rata-rata perubahan harga dari suatu paket komoditas pada kurun waktu tertentu atau antar waktu tertentu. Laju inflasi biasanya dihitung dari persentase perubahan IHK pada suatu periode waktu, dengan kata lain indeks harga konsumen akan selalu berkaitan dengan laju inflasi. Untuk lebih jelasnya mengenai inflasi dan indeks harga konsumen, simak pembahasan kali ini.
Pengertian Inflasi
Inflasi
merupakan suatu keadaan dimana adanya kecenderungan kenaikan harga barang dan
jasa secara umum yang berlangsung secara terus-menerus (kontinu) akibat tidak
seimbangnya arus barang dan arus uang dalam suatu perekonomian. Dalam
pengertian tersebut yang dimaksud dengan harga (price) merupakan harga dari
semua kebutuhan masyarakat, sedangkan secara terus-menerus berarti kenaikan
semua harga barang tersebut bukan hanya satu kali saja naik, tetapi berulang-ulang.
Kenaikan
pada harga barang dan jasa biasanya terjadi jika permintaan sangat banyak
tetapi berbanding terbalik dengan penawaran atau persediaan barang dan jasa di
pasar yang tetap atau turun. Dengan demikian, istilah inflasi hanya dipakai
ketika kenaikan tingkat harga yang berlangsung secara terus-menerus atau
berkepanjangan. Kenaikan harga barang yang berlangsung sekaligus seperti
kenaikan harga beberapa barang pokok pada saat akan memasuki hari raya tertentu
tidak dapat dikatakan inflasi karena tidak mempunyai pengaruh lebih lanjut.
Namun kenaikan tersebut hanya disebut
sebagai kenaikan tingkat harga.
Jenis-Jenis Inflasi
Pada
dasarnya Jenis-Jenis Inflasi yang terjadi umumnya dapat dikelompokkan
berdasarkan sifatnya, sebab terjadinya, dan berdasarkan asalnya. Berikut
penjelasannya:
1)
Inflasi Berdasarkan
Sifatnya
Berdasarkan
sifatnya, inflasi terbagi menjadi empat kategori utama, yaitu inflasi rendah,
menengah, berat, dan inflasi sangat tinggi.
a)
Inflasi Rendah (Creeping Inflation)
Inflasi
rendah adalah inflasi mempunyai nilai yang besarnya kurang dari 10% per tahun.
Inflasi ini sebenarnya dibutuhkan dalam ekonomi karena akan mendorong produsen
untuk memproduksi barang dan jasa lebih banyak.
b)
Inflasi Menengah (Galloping Inflation)
Inflasi
menengah merupakan inflasi yang besarnya antara 10–30% per tahun. Inflasi
menengah biasanya ditandai oleh naiknya harga barang dengan cepat dan relatif
besar. Angka inflasi pada kondisi seperti ini biasanya disebut sebagai inflasi
2 digit, misalnya 15%, 20%, dan 30%.
c)
Inflasi Berat (High Inflation)
Inflasi
berat adalah inflasi yang besarnya antara 30–100% per tahun. inflasi ini pernah
terjadi pada pertengahan tahun 1960 yang tingkat inflasinya mencapai 600%.
d)
Inflasi Sangat Tinggi (Hyperinflation)
Inflasi
sangat tinggi merupakan inflasi yang ditandai oleh naiknya harga barang secara
drastis hingga mencapai 4 digit (di atas 100%). Dalam kondisi seperti ini,
masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang, karena nilainya yang turun derastis
sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang.
2)
Inflasi Berdasarkan
Sebabnya
Inflasi
berdasarkan sebabnya terbagi menjadi tiga, yakni inflasi yang disebabkan karena
tarikan permintaan, inflasi yang disebabkan desakan biaya, dan inflasi yang
disebabkan karena campuran antara permintaan dan penawaran.
a)
Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation)
Inflasi
tarikan permintaan berlangsung akibat pengaruh permintaan yang besar yang tidak
diiringi dengan peningkatan jumlah
penawaran produksi barang. Akibatnya hukum permintaan akan berlaku disini, jika
permintaan terhadap barang banyak sementara penawaran barang tersebut tetap,
harga akan mengalami kenaikan. Jika hal tersebut berlangsung terus-menerus, hal
tersebut akan mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan. Oleh karenanya, untuk
mengatasi masalah tersebut diperlukan adanya peningkatan kapasitas produksi.
b)
Desakan Biaya (Cost Push Inflation)
Inflasi
karena desakan biaya terjadi karena kenaikan biaya produksi yang diakibatkan
oleh kenaikan biaya input produksi (faktor produksi). Akibatnya produsen akan
menaikan harga produk dengan jumlah penawaran yang sama atau dengan menaikan
harga produk dengan penurunan jumlah produksi.
c)
Inflasi Campuran (Bottle Neck Inflation)
Inflasi
ini diakibatkan oleh faktor penawaran atau faktor permintaan. Jika diakibatkan
faktor penawaran, persoalannya adalah kapasitas yang ada sudah terpakai tetapi
permintaan masih banyak sehingga menimbulkan inflasi. Sementara inflasi yang
diakibatkan oleh faktor permintaan dikarnakan adanya likuiditas yang banyak,
baik itu berasal dari sisi keuangan atau akibat tingginya ekspektasi terhadap
permintaan baru.
3)
Inflasi Berdasarkan Asalnya
Inflasi
berdasarkan asalnya terbagi menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam
negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri.
a)
Domestic
Inflation (Inflasi yang berasal dari dalam negeri)
Inflasi
domestik cenderung timbul karena terjadinya defisit dalam belanja dan
pembiayaan negara yang dapat dilihat pada anggaran belanja negara. Untuk
mengatasinya inflasi ini, biasanya pemerintah akan melakukan kebijakan dengan
mencetak uang baru.
b)
Imported
Inflation (Inflasi yang berasal dari luar negeri)
Inflasi
ini diakibatkan karena negara-negara yang menjadi mitra dagang negara mengalami
inflasi yang tinggi. Inflasi mendorong kenaikan harga-harga di negara mitra
dagang utama yang disebabkan karena melemahnya nilai tukar yang secara langsung
ataupun tidak langsung akan mengakibatkan
kenaikan biaya produksi di dalam negeri. Kenaikan biaya produksi
tersebut biasanya akan disertai dengan kenaikan harga barang.
Teori Inflasi
Ada beberapa
teori yang menjelaskan apa itu inflasi, bagaimana bisa terjadi, dan sebagainya.
Teori tersebut diantaranya ada Teori Kuantitas, Teori Keynes dan Teori Strukturalis.
1)
Teori Kuantitas
Teori
kuantitas mengatakan bahwa pada perinsupnya inflasi itu timbul hanya disebabkan
oleh pertambahan jumlah uang yang beredar, bukan akibat dari faktor-faktor
lain. Berdasarkan teori kuantitas, ada 2 faktor yang menyebabkan terjadinya
inflasi:
a)
Jumlah Uang yang Beredar
Banyaknya
jumlah uang yang beredar di masyarakat dapat meningkatkan inflasi, semakin
besar jumlah uang yang beredar maka tingkat inflasinya juga akan semakin
meningkat. Oleh sebab itu pemerintah dituntut harus memperhitungkan atau
memperkirakan kemungkinan timbulnya inflasi jika ingin mengadakan penambahan
uang baru, karena pembuatan uang baru yang jumlahnya terlalu banyak akan
mengakibatkan ketidak stabilan perekonomian.
b)
Perkiraan / Anggapan
Masyarakat Bahwa Harga-harga Akan Naik
Ketika
masyarakat menganggap harga-harga akan naik maka masyarakat cenderung akan
membelikan uangnya untuk barang-barang, sehingga permintaan akan meningkat.
Akibatnya hal tersebut akan mendorong
kenaikan harga-harga barang secara terus-menerus. Untuk mengatasi inflasi
menurut teori kuantitas ini adalah dengan mengurangi jumlah uang yang beredar
dimasyarakat. Dengan begitu inflasi yang disebabkan oleh faktor apapun selama
jumlah uang yang beredar dikurangi maka dengan sendirinya inflasi akan turun
dan harga akan kembali pada tingkat yang semestinya.
2)
Teori Keynes
Dilihat dari
perspektif teori ini, inflasi terjadi karena masyarakat memiliki permintaan
yang melebihi jumlah uang yang tersedia. Dalam teorinya ini, Keynes menyatakan
bahwa inflasi terjadi karena masyarakat menginginkan hidup yang melebihi batas
kemampuan ekonomisnya. Teori ini memfokuskan bagaimana persaingan anar golongan
masyarakat dalam mendapatkan penghasilan dapat menimbulkan permintaan agregat
yang lebih besar daripada jumlah barang yang tersedia sehingga menimbulkan
kenaikan harga.
3)
Teori Strukturalis
Teori
Strukturalis sering disebut juga sebagai teori inflasi jangka panjang karena
teori ini mengamati sebab inflasi yang
berasal dari struktur ekonomi, khususnya supply bahan makanan dan barang
ekspor. Menurut teori ini pertambahan produksi barang terlalu lambat sehingga
tidak sebanding dengan pertumbuhan kebutuhannya, akibatnya terjadi kenaikan
harga bahan makanan dan juga kelangkaan
devisa negara. Jika sudah seperti itu akan terjadi kenaikan harga barang secara
merata sehingga terjadi inflasi. Inflasi seperti ini tidak bisa diatasi hanya
dengan mengurangi jumlah uang yang beredar dimasyarakat, tetapi harus diatasi
dengan peningkatan produktivitas dan pembangunan sektor bahan makanan dan
barang-barang ekspor.
Dampak-Dampak Infalsi
Inflasi
sangat berdampak terhadap perekonomian suatu negara, bahkan dalam kasus
tertentu dapat menyebabkan suatu negara menjadi kacau, memicu kerusuhan,
perampokan, dan sebagainya. Sementara jika dilihat dari sisi ekonomi
Dampak-Dampak Inflasi diantaranya adalah sebagai berikut:
1)
Berkurangnya Investasi
Inflasi
mengakibatkan penurunan nilai uang suatu negara, sehingga hal ini cenderung
akan mengurangi minat investor untuk menanamkan modalnya. Selain itu minat
masyarakat untuk menabung juga menurun
sehingga dana untuk Investasi berkurang, akibatnya pertumbuhan output nasional
akan menurun.
2)
Mendorong Tingkat Suku
Bunga
Ketika
terjadi inflasi mau tidak mau lembaga keuangan harus meningkatkan bunga
pinjaman agar tidak terjadi penurunan nilai mata uang. Namun disisi lain, hal
ini tentu saja tidak menguntungkan bagi
pengembangan usaha karena akan mengurangi minat para investor untuk
mengembangkan usaha.
3)
Mendorang Tingkat
Spekulatif
Para pemilik
modal cenderung akan menyimpan kekayaannya dalam bentuk investasi spekulatif, yaitu
dengan membeli rumah, tanah, dollar dan barang-barang berharga lainnya yang
dianggap lebih menguntungkan pada saat waktunya dijual karena nilainya tidak
turun karena inflasi.
4)
Kegagalan Pembangunan
Inflasi yang
tidak dapat teratasi pada saat tahap perencanaan produksi atau perencanaan
pembangunan dapat menyebabkan gagalnya pelaksanaan investasi dan pembangunan
karena membengkaknya biaya.
5)
Ketidakpastian Ekonomi Masa
yang Akan Datang
Infalasi
yang gagal diatasi atau telambat dikendalikan akan mengakibatkan ketidakpastian
kegiatan ekonomi dimasa depan. Keadaan ini tentu saja akan mengurangi gairah
dunia usaha sehingga produksi akan berkurang.
6)
Daya Saing Produk Nasional
Berkurang
Inflasi
mengakibatkan membengkaknya biaya produksi sehingga harga barang melambung
tinggi, jika harga terlalu tinggi ini akan menyulitkan produk dalam negeri
untuk bersaing dipasar internasional, sehingga ekspor barang menjadi terhambat.
Jika sudah begitu pengembangan sektor industri yang berorientasi pada ekspor
dapat terganggu. Kondisi seperti ini secara langsung akan memperburuk
perekonomian nasional.
7)
Defisit Neraca Pembayaran
Produksi
nasional yang tidak dapat bersaing dipasar internasional sebagai akibat dari
barang impor yang lebih murah daripada barang dalam negeri, mengakibatkan impor
berkembang lebih cepat dari pada ekspor. Hal ini menyebabkan arus modal yang
masuk ke luar negeri lebih banyak daripada arus modal yang masuk ke dalam
negeri. Keadaan tersebut lama kelamaan akan berakibat terjadinya dafisit neraca
pembayaran serta penurunan mata uang dalam negeri.
8)
Kesejahteraan Masyarakat
Menurun
Penurunan produktifitas dunia usaha serta kebijakan pemerintah yang bersifat kontradiktif dalam mengantisipasi inflasi dapat meningkatkan pengangguran yang akan menimbulkan berbagai macam masalah pada masyarakat serta menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat.
Dampak Inflasi Kepada Masyarakat
Sementara itu,
dampak yang timbul dari inflasi kepada masyarakat secara umum adalah sebagai
berikut:
1)
Masyarakat Berpengahasilan
Tetap
Ketika
terjadi inflasi, orang yang berpenghasilan
tetap seperti misalnya pegawai negeri ataupun pegawai swasta akan merasa nilai
dari pendapatan mereka terus ditekan oleh inflasi, ditambah lagi dengan naiknya
harga berbagai komoditas, taraf hidup mereka akan semakin turun, uang yang
mereka simpan juga nilainya akan terus turun yang dinyatakan dengan niali
nominal.
2)
Kreditur atau Debitur
Bagi
kreditur, inflasi akan meyebabkan dirinya mengalami kerugain karena nilai uang
yang diterima pada saat pembayaran telah menurun. Sedangkan bagi debitur,
inflasi akan menguntungkan karena pada saat pembayaran ia membayar dengan nilai
riil yang sudah menurun.
3)
Memperbesar Kesenjangan
Distribusi Pendapatan
Pada masa
inflasi harta tetap seperti tanah, rumah, sawah dan sebagainya akan mengalami
kenaikan. Kenaikan tersebut sering kali lebih cepat dari kenaikan laju inflasi.
Oleh karena itu, masyarakat yang mempunyai harta tetap akan semakin kaya ketika
terjadi inflasi, sebaliknya harta mereka yang pendapatan riil nya rendah akan
semakin sulit untuk memiliki harta tetap sehingga akan memperbesar kesenjangan
pendapatan diantera anggota masyarakat.
4)
Menguntungkan Para Spekulan
Orang yang
memiliki uang dapat berspekulasi atau menduga-duga dalam teransaksi jual beli
barang dengan harapan akan mendapat keuntungan besar. Tabungan yang dimiliki
akan diagantikan oleh simpanan dalam bentuk mata uang asing yang akan dijual
ketika harga sangat tinggi.
5)
Mempengaruhi Para Pelaku
Ekonomi
Infalsi akan
menguntungakan para pengusaha yang memiliki modal yang kuat. Mereka bisa saja memonopoli
perdagangan dan produksi sehingga dalam transaksi jaul beli mereka selalu
mendapatkan keuntungan karena tidak tergoyahkan oleh keadaan inflasi. Mereka
dengan mudah dapat menentukan keuntungan yang mereka inginkan seiring dengan
naiknya harga. Sementara disisi lain bagi para pengusaha yang memiliki modal
kecil yang bergerak dalam usaha manufaktur, situasi naiknya harga yang begitu
cepat menimbulkan rasa takut dalam melaksanakan proses produksi karena
seringkali tidak dapat menutup proses produksi berikutnya. Lama kelamaan usaha
mereka tidak dapat dipertahankan dan akhirnya gulung tikar, jika sudah begitu
pada akhirnya produksi hanya dikuasai oleh pengusaha besar.
Cara Mengatasi Inflasi
Untuk
Mengatasi Masalah Inflasi pertama-tama adalah dengan mengetahui sebab-sebab
terjadinya inflasi terlebih dahulu agar jalan keluarnya dapat diketahui.
Beberapa ahli ekonomi menyetujui bahwa inflasi tidak haya berkaitan dengan
jumlah uang yang beredar tetapi juga dengan jumlah barang dan jasa yang
tersedia dimasyarakat. Oleh karenanya untuk mengatasi masalah inflasi yang
paling utama adalah bagaimana cara menekan laju pertumbuhan jumlah uang yang
beredar dan menguranginya. Untuk itu kebijakan sangat diperlukan,
kebijakan-kebijakan tersebut diantaranya adalah:
1)
Kebijakan Moneter
Kebijakan
moneter adalah segala bentuk kebijakan pemerintah di bidang moneter atau
keuangan yang bertujuan untuk menjaga kestabilan keuangan agar kesejahteraan
masyarakat meningkat. Kebijakan ini meliputi:
a)
Politik Diskonto
Politik diskonto dilakukan
dengan cara mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menaikan suku bunga
bank, sehingga permintaan kredit akan berkurang.
b)
Operasi Pasar Terbuka
Operasi pasar terbuka
dilakukan dengan cara menjual surat-surat barharga misalnya obligasi ke pasar
modal sehingga jumlah uang yang beredar akan berkurang.
c)
Menaikan Cadangan Kas
Untuk mempengaruhi jumlah
uang yang beredar, bank sentral dapat mengubah besarnya rasio kas. Bila
pemerintah menurunkan minimum kas rasio, maka dengan uang yang sama bank dapat
menciptakan uang lebih banyak dari jumlah awal, dan sebaliknya jika pemerintah
menghendaki mengurangi jumlah uang yang beredar pemerintah akan menaikan
minimun kas rasio bank supaya uang tertahan dikas lebih banyak.
d)
Kredit Selektif
Kebijakan ketedit dilakukan
dengan cara memberi kredit secara selektif. Bank sentral berusaha mempengarui
bank umum dalam aturan pemberian kredit kepada nasabah sehingga jumlah uang
yang beredar berkurang.
e)
Politik Sanering
Politik sanering ini
dilakukan bila inflasi sudah mencapai tingkat hiperinflasi, hal ini pernah
dilakukan Bank Indonesia pada tanggal 13 Desember 1965 dengan melakukan
pemotongan uang dari Rp.1.000 menjadi Rp.1
2)
Kebijakan Fiskal
Kebijakan
fiskal dilakukan oleh pemerintah sejalan dengan kebijakan moneter, kebijakan
ini dapat dilakukan dengan cara:
a) Menaikkan tarif pajak, jika
tarif pajak dinaikan masyarakat akan membayar uang lebih banyak pada pemerintah
dengan begitu jumlah uang yang beredar akan berkurang.
b) Mengatur penerimaan dan
pengeluaran pemerintah
c) Melakukan pinjaman
pemerintah, pelaksanaannya dilakukan secara otomatis misalnya pemerintah dapat
memotong gaji pegawai negeri sebesar 10% untuk ditabung (dipinjam oleh
pemerintah).
3)
Kebijakan Non Moneter
Kebijakan
non moneter atau kebijakan riil dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Menaikan hasil produksi,
misalnya dengan cara pemberian subsidi oleh pemerintah kepada industri agar
produksinya lebih produktif dan dapat menghasilkan output yang lebih banyak,
sehingga harga barang akan turun.
b) Kebijakan upah, ketika
terjadi inflasi pemerintah akan menghimbau kepada serikat buruh atau pekerja
untuk tidak meminta kenaikan upah.
c) Pengawasan harga, agar
harga tidak terus naik, pemerintah dapat melakukan pengawasan harga misalnya
dengan menentukan harga maksimum untuk barang-barang tertentu.
Beberapa Hal yang Berhubungan dengan Inflasi
Berkut
beberapa istilah yang berkaitan dengan inflasi:
1) DEFLASI, adalah suatu
keadaan dimana harga-harga relatif menurun secara terus-menerus dan terjadi
peningkatan nilai uang karena jumlah uang yang beredar di masyarakat relatif
lebih sedikit dibanding dengan jumlah barang dan jasa yang tersedia. Deflasi
merupakan kebalikan dari inflasi.
2) DEFRESIASI, adalah
penyusutan atau penurunan nilai tukar mata uang terhadap mata uang asing yang
terjadi di pasar uang.
3) APRESIASI, adalah kenaikan
nilai tukar mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing yang terjadi di
pasar uang.
4) INFLASI TERBUKA, adalah
keadaan dimana harga-harga bergerak naik dan tak terkendali, serta terdapat
kelebihan permintaan terhadap barang.
5) SANERING, adalah pemotongan
nilai mata uang oleh pemerintah menjadi lebih kecil dari sebelumnya dengan
tujuan mengendalikan inflasi yang tinggi.
6) REVALUASI, adalah sebuah
kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk menaikan nilai mata uang dalam
negeri terhadap valuta asing.
7) DEVALUASI, adalah kebijakan
pemerintah untuk menurunkan nilai mata uang dalam negeri terhadap valuta asing
dengan sengaja untuk meningkatkan nilai ekspor dan devisa negara.
Metode Perhitungan Inflasi
Angka
inflasi dapat dihitung berdasarkan angka indeks yang didapat dari beberapa
macam barang yang diperjualbelikan dengan tingkat harga dari masing-masing
barang di pasar. Berdasarkan data harga yang ada tersebut, disusunlah suatu
angka di dalam indeks. Dan angka indeks yang memperhitungkan semua barang yang
dibeli oleh konsumen pada setiap tingkat harga disebut sebagai Indek Harga
Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI).
Berdasarkan
Indeks Harga Konsumen (IHK), dapat diketahui besarnya laju kenaikan harga-harga
secara umum pada periode tertentu, yang biasanya setiap satu bulan, tiga bulan
dan 1 tahun. Selain dengan menggunakan indeks harga konsumen, tingkat inflasi
juga dapat dihitung dan diketahui dengan menggunakan GNP atau PDB deflator. GNP
atau PDB deflator adalah suatu indeks harga yang dipakai untuk menyesuaikan
nilai uang dalam GNP agar mendapatkan nilai riil GNP.
Adapun rumus
untuk menghitung tingkat inflasi sebagai berikut:
In = inflasi
IHKn =
Indeks Harga Konsumen tahun dasar (biasanya nilainya 100)
IHKn–1 =
Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya
Dfn = GNP
atau PDB deflator berikutnya
Dfn–1 = GNP
atau PDB deflator tahun sebelumnya
Dalam
perhitungan inflasi dapat dilakukan dengan menggunakan indeks harga.
INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK)
Laju inflasi
biasanya dihitung dari persentase perubahan IHK pada suatu periode waktu.
Indeks harga konsumen atau consumer price index adalah ukuran rata-rata
perubahan harga dari suatu paket komoditas pada kurun waktu tertentu atau antar
waktu tertentu. IHK menunjukan perubahan umum dari sejumlah paket komoditas
yang dikonsumsi oleh rumah tangga di daerah perkotaan. Paket komoditas yang
digunakan untuk menyusun IHK didapat dari survei pengeluaran rumah tangga yang
disebut Survey Biaya Hidup (SBH).
Lebih jauh
lagi menurut Badan Pusat Statistik, angka indeks harga merupakan angka yang
menunjukan perbandingan harga dalam dua waktu yang berbeda sehingga angka
indeks harga disebut sebagai angka perbandingan antara harga komoditas atau
kelompok komoditas yang terjadi pada suatu periode waktu tertentu dengan
periode waktu yang telah ditentukan. Karena data harga yang digunakan merupakan
harga konsumen, maka indeks harga yang digunakan adalah indeks harga konsumen.
Tujuan Perhitungan Indeks Harga Konsumen (IHK)
Tujuan
perhitungan IHK adalah sebagai berikut:
1) Mengetahui perkembangan
harga barang dan jasa yang tergabung pada idagram timbangan harga.
2) Sebagai pedoman untuk
menentukan suatu kebijakan yang akan datang, terutama dibidang pembangunan
ekonomi.
3) Sebagai alat penghitungan
dalam penyesuaian Upah Minimum Kabupaten (UMK).
4) Mempermudah pemantauan permintaan dan penawaran khususnya barang kebutuhan masyarakat yang ada dipasar.
Untuk
menghitung IHK perlu diketahui lebih dulu kelompok harga mana yang sebaiknya
pakai. Indeks harga konsumen mencakup semua harga komoditas yang umumnya dibeli
oleh rumah tangga. Perubahan dalam IHK dimaksudkan untuk mengukur perubahan
biaya hidup rumah tangga. Selain itu, harga-harga komoditas, misalnya perubahan
harga beras terasa lebih penting daripada perubahan harga barang lainnya.
Dengan demikian dalam perhitungan IHK setiap harga komodiatas diberi bobot yang
mencerminkan tingkat pentingnya komoditas tersebut.
Macam-Macam Indeks Harga Konsumen (IHK)
Berbicara
lebih jauh mengenai indeks harga konsumen, indeks harga konsumen dalam hal ini terbagi
menjadi dua, yaitu indeks harga tertimbang dan indeks harga biasa.
1)
Indeks Harga Tertimbang
Metode
indeks harga tertimbang menggunakan tahun dasar atau tahun berjalan sebagai
pertimbangan dan dapat juga menggunakan bobot. Bobot ini diperoleh dari rasio
penerimaan komoditas tertentu terhadap penerimaan seluruh komodiasi yang
diperjualbelikan di pasar. Indeks harga tertimbang yang menggunakan komoditas
tahun dasar sebagai timbangannya disebut Indeks Laspeyres. Rumusnya adalah
sebagai berikut:
IL = indeks
Laspeyres
∑Pn = jumlah
harga komoditi tahun ke-n
∑Po = jumlah
harga komoditi tahun ke-0
Q0 = jumlah
barang tahun ke-0
Sedangkan
indeks harga tertimbang yang menggunakan komoditas tahun berjalan disebut
sebagai Indeks Pasche. Rumusnya adalah sebagai berikut:
IP = indeks
Pasche
Qn =
kuantitas tahun ke-n
Rumus Indeks
Pasche yaitu PDB atau GNP deflator, karena rumus tersebut sama dengan:
2)
Indeks Harga Biasa (Tak
Tertimbang)
Metode
indeks harga biasa menghitung besarnya kenaikkan harga dari suatu komoditas
setiap periodenya berdasarkan harga nominalnya. Rumus untuk menghitung indek
harga biasa ini adalah sebagai berikut:
Pn = harga
komoditi sekarang
Po = harga
komoditi yang lalu
Posting Komentar untuk "Pengertian Inflasi dan Indeks Harga Konsumen (IHK)"
Berkomentarlah sesuai topik pembahasan artikel, dan jangan ragu untuk menegur kami apabila ada kesalahan dalam artikel. Terima kasih.