7 Langkah Utama Dalam Penjualan yang Efektif
7 Langkah Utama Dalam Penjualan yang Efektif
Tidak
ada pendekatan penjualan yang paling unggul dalam segala situasi. Tetapi
program pelatihan penjualan umumnya sepakat tentang 7 langkah utama yang
dibutuhkan dalam proses penjualan yang efektif. Langkah-langkah tersebut antara
lain sebagai berikut:
1. Menentukan Siapa Dan Kualifikasi Calon
Langkah
pertama dalam proses penjualan ialah mengidentifikasi calon. Walaupun
perusahaan berusaha memberi petunjuk, wakil penjualan perlu mempunyai keahlian
untuk mendapatkan petunjuk mereka sendiri. Petunjuk tersebut dapat diperoleh
dengan cara-cara sebagai berikut:
a.
Menanyakan
pelanggan saat ini tentang nama-nama prospek.
b.
Menghubungi
sumber-sumber lainnya, seperti agen penjual, wakil penjualan yang tidak
bersaing, pemasok, bankir dan eksekutif asosiasi perdagangan.
c.
Melakukan
aktivitas berbicara dan menulis yang akan menarik perhatian konsumen.
d.
Bergabung
dengan organisasi tempat prospek ini bergabung.
e.
Memeriksa
sumber-sumber data (buku telepon, surat kabar, dan sebagainya) untuk mencari
nama-nama.
f.
Menggunakan
telepon dan surat untuk memperoleh petunjuk.
g.
Mampir
ke berbagai kantor tanpa pemberitahuan (cold canvassing)
Wakil
penjualan membutuhkan keahlian untuk menyaring petunjuk-petunjuk yang jelek.
Wakil penjualan mungkin menyurati ataupun menelepon calon pembeli sebelum akhirnya
memutuskan untuk mengunjunginya. Calon dikualifikasikan dengan memeriksa
kemampuan keuangannya, ukuran bisnisnya, lokasi, persyaratan khusus, dan
kemungkinan bisnis yang berkelanjutan. Petunjuk dapat digolongkan sebagai
petunjuk hangat (warm leads), petunjuk panas (hot leads), dan
petunjuk dingin (cold leads), dan pelunjuk panas yang dikontak pertama
kali.
2. Pendekatan Awal
Wiraniaga
perlu untuk mempelajari sebanyak mungkin perusahaan calon (apa yang dibutuhkan,
dan siapa yang terlibat dalam keputusan pembelian) dan pembelinya
(karakteristik pribadi mereka serta gaya pembeliannya). Wiraniaga bisa
berkonsultasi dengan sumber-sumber standar, kenalan, dan orang lain untuk dapat
mempelajari perusahaan tersebut. Wiraniaga harus menetapkan tujuan kunjungannya,
yang mungkin untuk menentukan kualifikasi calon, mengumpulkan informasi, ataupun
melakukan penjualan. Tugas lainnya ialah untuk memutuskan pendekatan terbaik,
yang mungkin merupakan telepon, kunjungan pribadi, atau surat. Penentuan waktu
terbaik juga harus dipikirkan karena banyak calon yang sibuk pada waktu-waktu
tertentu. Dan pada akhirnya, wiraniaga harus merencanakan strategi penjualan
keseluruhan untuk account tersebut.
3. Pendekatan
Wiraniaga
harus mengetahui bagaimana cara menyapa pembeli untuk membina hubungan awal
yang baik. Wiraniaga mungkin mempertimbangkan untuk menggunakan pakaian yang
sama dengan yang digunakan oleh pembeli, menunjukkan perhatian dan kesopanan
pada pembeli, dan menghindari perilaku yang mengganggu seperti misalnya
memelototi pelanggan. Kalimat pembuka sebisa mungkin harus positif, misalnya
seperti:
"Tuan Roony, saya Caroline dari Perusahaan Global. Perusahaan saya dan saya menghargai kesediaan Anda untuk menemui saya. Saya akan berusaha untuk melakukan yang terbaik agar kunjungan ini dapat menguntungkan dan berharga bagi Anda dan perusahaan Anda".
Ini mungkin akan diikuti dengan
pertanyaan kunci serta aktif mendengarkan untuk memahami pembeli dan
kebutuhannya dengan baik.
4. Presentasi dan Demonstrasi
Wiraniaga
saat ini "menceritakan" produk pada pembeli, mengikuti rumus AIDA
untuk mendapatkan attention (perhatian), interest (menimbulkan
minat), desire (membangkitkan keinginan), dan action (menghasilkan
tindakan). Selama presentasi berlangsung wiraniaga menekankan benefit (manfaat)
yang dapat diperoleh oleh pembeli, dengan memperlihatkan feature's (keistimewaan-keistimewaan)
produk sebagai bukti manfaatnya. Manfaat adalah suatu keuntungan, seperti
pekerjaan lebih sedikit, biaya yang lebih rendah, atau laba yang lebih besar bagi
pembeli. Feature merupakan karakteristik produk seperti berat, warna,
atau ukurannya. Kesalahan penjualan yang umum terjadi ialah membesar-besarkan feature
produk (orientasi produk), dan bukan manfaatnya bagi pelanggan (orientasi
pasar).
Setidaknya
perusahaan sudah mengembangkan tiga gaya presentasi penjualan yaitu sebagai berikut:
a.
Pendekatan
Baku (Canned Approach)
Yakni
pembicaraan penjualan hafalan yang mencakup pokok-pokok utama. Pendekatan ini
didasarkan pada pemikiran rangsangan tanggapan, yaitu pembeli pasif dan dapat
digerakkan untuk membeli dengan memakai rangsangan kata yang tepat, istilah,
gambar, dan tindakan. Presentasi dengan memakai pendekatan baku terutama
biasanya dilakukan dalam penjualan dari rumah ke rumah dan penjualan melalui
telepon.
b.
Pendekatan
Rumusan (For Mulated Approach)
Didasarkan
pada pemikiran rangsangan tanggapan namun mengidentifikasikan terlebih dahulu
kebutuhan pembeli dan gaya pembeliannya, kemudian memakai pendekatan rumusan
pada pembeli jenis ini. Wiraniaga pertama-tama mengajak pembeli untuk
berdiskusi sedemikian rupa sehingga terungkaplah sikap dan kebutuhan pembeli.
Kemudian wiraniaga akan beralih ke presentasi rumusan yang menunjukkan bagaimana
produk yang bersangkutan akan memuaskan kebutuhan pembeli. Ini tidak baku,
namun mengikuti suatu rencana umum.
c.
Pendekatan
Kebutuhan Kepuasan (Need Satisfaction Approach)
Pendekatan
ini dimulai dengan mencari kebutuhan pelanggan yang sebenarnya dengan mendorong
pelanggan agar berbicara. Pendekatan ini memerlukan keahlian mendengarkan serta
memecahkan masalah yang baik. Wiraniaga disini berperan sebagai konsultan
bisnis yang mengerti banyak hal dengan harapan bisa membantu pelanggan menghemat
uang atau mendapatkan lebih banyak uang. Presentasi penjualan bisa ditingkatkan
dengan alat bantu demonstrasi seperti bagan, slide, buklet, film, video, sampel
produk, dan simulasi berbasis komputer.
Apabila
pembeli dapat melihat atau menangani produk, ia akan ingat lebih baik mengenai
feature dan manfaatnya. Selama demonstrasi, wiraniaga dapat memakai salah satu
dari lima strategi untuk mempengaruhi:
a.
Legitimasi:
yaitu wiraniaga menekankan reputasi dan pengalaman perusahaannya.
b.
Kekuatan
referensi: yaitu wiraniaga mengandalkan minat, karakteristik, dan pengenalan
bersama.
c.
Keahlian:
yaitu wiraniaga menunjukkan pengetahuan yang mendalam tentang situasi pembeli
dan produk perusahaannya.
d.
Terima
kasih: yaitu wiraniaga memberikan bantuan pribadi (pemberian promosi, makan siang
gratis) untuk memperkuat hubungan dan perasaan timbal balik.
e.
Manajemen
kesan: yaitu wiraniaga berusaha untuk menimbulkan kesan yang baik atas dirinya.
5.
Mengatasi
Keberatan
Pelanggan
senantiasa mengajukan keberatan selama presentasi ataupun ketika diminta untuk
memesan. Penolakan mereka dapat bersifat psikologis maupun logis. Penolakan
psikologis mencakup penolakan untuk ikut campur, keengganan untuk menyerah, preferensi
terhadap sumber pasokan atau merek yang sudah mapan kelesuan, asosiasi yang
tidak menyenangkan mengenai orang lain, tidak suka mengambil keputusan, ide
yang sudah dimiliki sebelumnya, dan sikap ketakutan yang berlebihan terhadap
uang.
Penolakan
logis mungkin mencakup keberatan atas harga, jadwal pengiriman, ataupun
karakteristik tertentu produk atau perusahaan. Untuk menangani keberatan-keberatan
tersebut, wiraniaga mempertahankan pendekatan yang positif, menanyai pembeli
dengan cara sedemikian rupa sehingga pembeli harus menjelaskan keberatannya, meminta
pembeli untuk menjelaskan keberatan mereka, menyangkal keabsahan keberatan tersebut,
ataupun mengubah keberatan tersebut menjadi alasan untuk membeli. Wiraniaga
memerlukan latihan keahlian negosiasi yang lebih luas, yang didalamnya mencakup
bagaimana menangani dan mengatasi keberatan.
6. Penutupan
Sekarang
wiraniaga mencoba menutup penjualan. Sebagian wiraniaga tidak meraih tahap ini
atau tidak melakukannya dengan baik. Mereka kurang mempunyai kepercayaan diri
atau merasa kurang nyaman untuk meminta pesanan ataupun tidak menyadari waktu
psikologis yang tepat untuk menutup penjualan. Wiraniaga perlu untuk mengetahui
bagaimana mengenali sinyal atau tanda-tanda untuk menutup penjualan dari
pembeli, termasuk tindakan fisik, pernyataan, komentar, dan pertanyaan.
Wiraniaga
dapat memakai salah satu dari sebagaian teknik penutupan. Mereka dapat meminta
pesanan, mengulangi butir-butir kesepakatan, menanyakan apakah pembeli ingin A
atau B, menawarkan untuk membantu sekretaris menulis pesanan, membuat pembeli
harus melakukan pilihan kecil seperti ukuran atau warna, atau menunjukkan apa
kerugian pembeli apabila tidak memesan sekarang. Wiraniaga mungkin saja
menawarkan dorongan khusus bagi pembeli untuk menutup penjualan, seperti
kuantitas ekstra gratis, harga khusus, atau pemberian hadiah.
7. Tindak Lanjut dan Pemeliharaan
Langkah
terakhir ini sangat penting apabila wiraniaga ingin memastikan kepuasan
pelanggan dan kelanjutan bisnis. Segera sesudah menutup penjualan, wiraniaga
sebaiknya melengkapi perincian yang dibutuhkan tentang waktu pengiriman, syarat
pembelian, serta hal-hal lain yang dibutuhkan oleh pelanggan. Wiraniaga harus
menjadwalkan kunjungan sebagai tindak lanjut apabila pesanan sudah diterima,
untuk memastikan instruksi, instalasi, dan pelayanan yang tepat. Kunjungan
tersebut akan mendeteksi masalah-masalah yang ada dan meyakinkan pembeli bahwa
wiraniaga menaruh perhatian, serta mengurangi ketidaksenangan yang mungkin akan
timbul. Wiraniaga harus pula mengembangkan rencana pemeliharaan account untuk
memastikan bahwa pelanggan tersebut tidak terlupakan atau hilang.
Posting Komentar untuk "7 Langkah Utama Dalam Penjualan yang Efektif"
Berkomentarlah sesuai topik pembahasan artikel, dan jangan ragu untuk menegur kami apabila ada kesalahan dalam artikel. Terima kasih.