Menanggapi Keberatan Pelanggan dengan Sikap Simpati dan Empati
Menanggapi Keberatan Pelanggan dengan Sikap Simpati dan Empati
Dalam
proses pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen tidak hanya berakhir
dengan terjadinya transaksi pembelian, melainkan juga diikuti oleh tahap
perilaku purnabeli (terutama dalam pengambilan keputusan yang luas).
Pada
tahap ini konsumen akan merasakan tingkat kepuasan ataupun ketidakpuasan
tertentu yang selanjutnya akan mempengaruhi perilaku berikutnya. Apabila
konsumen merasa puas, maka dia akan memperlihatkan peluang yang besar untuk
melakukan pembelian ulang ataupun bisa juga membeli produk lain di perusahaan
yang sama di masa yang akan datang.
Konsumen
yang merasa puas cenderung akan mengatakan hal-hal yang baik mengenai produk
dan perusahaan yang bersangkutan kepada orang lain. Oleh sebab itu pembeli yang
puas merupakan iklan yang terbaik. Kotler (1999) memandang kepuasan sebagai
fungsi dari seberapa dekat harapan pembeli dari suatu produk dengan kinerja
yang dirasakan oleh pembeli atas produk tersebut. Apabila kinerja produk lebih
rendah dibandingkan dengan harapannya, maka pembeli akan kecewa. Apabila
kinerja produk sesuai harapan, maka pembeli akan puas dan apabila kinerja
produk melebihi harapan, maka pembeli akan sangat puas. Perasaan konsumen
sesudah membeli produk akan membedakan apakah mereka akan membeli kembali
produk yang bersangkutan dan membicarakan hal-hal yang menguntungkan atau tidak
menguntungkan mengenai produk tersebut pada orang lain.
Harapan
konsumen terbentuk atas dasar pesan yang diterima dari penjual, keluarga,
teman, serta sumber-sumber informasi lainnya. Jika penjual melebih-lebihkan
manfaat dari suatu produk, maka konsumen mungkin akan mengalami harapan yang
tak tercapai (disconfirmed expectation), yang akan mengakibatkan
ketidakpuasan. Semakin besar kesenjangan antara harapan dan kinerja yang
dihasilkan oleh suatu produk, maka akan semakin besar ketidakpuasan yang
dirasakan oleh konsumen.
Konsumen
yang merasa tidak puas terhadap kinerja suatu produk akan bereaksi dengan
tindakan yang berbeda. Berhubungan dengan hal ini, Singh dalam Tjiptono (1997) menyatakan
terdapat tiga kategori tanggapan atau komplain terhadap ketidakpuasan, antara lain
yaitu:
1)
Voice
Response
Kategori
voice response meliputi usaha
menyampaikan keluhan secara langsung dan atau meminta ganti rugi ke pada
perusahaan yang bersangkutan. Apabila pelanggan melakukan tindakan ini, maka
perusahaan masih mungkin untuk mendapatkan beberapa manfaat. Pertama, pelanggan
akan memberikan kesempatan satu kali lagi pada perusahaan untuk memuaskan
mereka. Kedua, risiko publisitas buruk bisa ditekan, baik publisitas dalam
bentuk rekomendasi dari mulut ke mulut, ataupun melalui koran atau media massa.
Dan yang tidak kalah penting ialah ketiga, memberi masukan tentang kekurangan
pelayanan yang perlu diperbaiki oleh perusahaan. Melalui perbaikan (recovery),
perusahaan bisa memelihara hubungan yang baik dan loyalitas pelanggannya.
2)
Private
Response
Private
response merupakan tindakan yang dilakukan untuk memperingatkan ataupun memberitahu
kolega, keluarga atau teman tentang pengalamannya dengan produk ataupun perusahaan
yang bersangkutan. Biasanya tindakan ini sering dilakukan oleh konsumen dan
dampaknya sangat besar bagi citra perusahaan.
3)
Third-Party
Response
Tindakan
yang dilakukan mencakup usaha meminta ganti rugi secara hukum, mengadu lewat
media massa (misalnya koran tau modia sosial) atau secara langsung mendatangi
lembaga konsumen, instansi hukum dan lain sebagainya. Tindakan seperti ini
sangat ditakuti oleh sebagian besar perusahaan yang tidak mempunyai prosedur
penanganan keluhan yang baik. Terkadang pelanggan lebih memilih untuk menyebarluaskan
keluhannya kepada masyarakat luas, karena memang secara psikologis lebih
memuaskan. Lagipula mereka yakin akan memperoleh tanggapan yang lebih cepat dari
perusahaan yang bersangkutan.
Menurut
Day dalam Engel, Well, & Miniard (1994) terdapat empat faktor yang dapat mempengaruhi
apakah seorang konsumen yang tidak puas akan melakukan komplain atau tidak,
antara lain yaitu:
a)
Penting
tidaknya konsumsi yang dilakukan, yakni menyangkut derajat pentingnya produk
bagi konsumen, harga, waktu yang diperlukan untuk mengkonsumsi produk, dan social
visibility.
b)
Pengetahuan
dan pengalaman, yaitu jumlah pembelian sebelumnya, persepsi terhadpa kemampuan
sebagai konsumen, pemahaman akan produk, dan pengalaman komplain sebelumnya.
c)
Tingkat
kesulitan dalam memperoleh ganti rugi, meliputi jangka waktu penyelesaian
masalah, biaya, dan gangguan terhadap aktivitas rutin.
d)
Peluang
keberhasilan dalam melakukan komplain.
Untuk
dapat mengatasi keberatan tersebut seorang penjual bisa mempergunakan seluruh
kemampuan yang diperolehnya dalam praktek keterampilan menjual atau pelatihan
yang sudah diterimanya. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengatasi
persoalan ialah sebagai berikut:
a)
Mengetahui
apa saja keberatan yang diajukan oleh konsumen.
b)
Mendengarkan
seluruh keberatan yang diajukan, jangan pernah memotong pembicaraan dan sebisa
mungkin hindari pertengkaran.
c)
Mengulangi
keberatan yang diajukan secara pelan-pelan namun tetap yakin segala keberatan
bisa diatasi.
d)
Menunjukkan
penghargaan pada calon pelanggan atas keberatan yang ia sampaikan.
e)
Memberi
kesempatan kepada calon pelanggan untuk menyampaiakan harapannya.
f)
Mengulang
kembali secara spesifik.
g)
Menyampaikan
gambaran alternatif pemecahan masalahnya.
h)
Mengambil
tindakan sesegera mungkin untuk menyelesaikan keberatan tersebut sesuai dengan prosedur
yang berlaku.
Posting Komentar untuk "Menanggapi Keberatan Pelanggan dengan Sikap Simpati dan Empati"
Berkomentarlah sesuai topik pembahasan artikel, dan jangan ragu untuk menegur kami apabila ada kesalahan dalam artikel. Terima kasih.