MENYUSUN LAPORAN PERSEDIAAN BARANG
MENYUSUN LAPORAN PERSEDIAAN BARANG
Arus keluar masuk barang dagangan yang terjadi yang
disebabkan karena transaksi jual-beli secara terus menerus adalah bagian yang
paling penting di dalam rangkaian kegiatan perusahaan perdagangan. Sebagian
besar dana perusahaan perdagangan diinvestasikan dalam barang dagangan. Oleh
karena itu tertib administrasi serta pengawasan keadaan persediaan barang dagangan
harus dibuat dengan suatu laporan yang akurat.
Di dalam pelaksanaan pengendalian persediaan barang
dagangan, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi, antara lain yaitu:
a) Sistem
pencatatan yang digunakan.
b) Kelengkapan
perlengkapan administrasi untuk mencatat pembelian dan juga penjualan.
c) Keterampilan
pengusaha ataupun petugas yang melaksanakan pencatatan maupun administrasi.
Untuk membantu memperlancar pencatatan persediaan pada
khususnya, dan administrasi pada umumnya, dibutuhkan kelengkapan-kelengkapan
berikut ini:
1) Buku
pembelian, yang meliputi:
a) Buku
pembelian kredit
b) Buku
pembelian tunai
c) Buku persediaan
barang
2) Buku
penjualan, yang meliputi:
a) Buku
penjualan kredit
b) Buku
penjualan tunai
c) Perlengkapan
lainnya, diantaranya:
d) Faktur
penjualan dan nota
e) Buku
voucher untuk mencatat prioritas pembayaran utang
f) Meterai
g) Kuitansi/tanda
terima
h) Surat jalan/pengantar
barang, dan sebagainya.
Tentang sistem pencatatan yang efektif untuk
pengendalian persediaan barang, bisa dipakai sistem pencatatan secara terus-menerus
(perpetual system), dasar dari sistem ini ialah catatan seluruh penambahan
dan juga pengurangannya dilaksanakan dengan cara yang sama seperti pencatatan
kas, dimana masing-masing jenis barang akan dibuatkan perkiraan
sendiri-sendiri, dan untuk transaksi yang berhubungan dengan pengembalian dan juga
pengurangan harga akan dibukukan dalam buku pembantu (subsidiary ledger).
Sistem persediaan perpetual sangatlah
berguna dalam penyusunan laporan sementara (interim statement). Penyusunan
laporan persediaan pada umumnya memakai metode pencatatan pembukuan dengan
sistem akuntansi, dimana data diperoleh dari buku pembantu persediaan. Lalu selanjutnya
dibukukan pada perkiraan persediaan ataupun general ledgernya. Dari general
ledger inilah kita memperoleh laporan mengenai persediaan. Akan tetapi, untuk
mengetahui laporan sementara, bisa kita lihat dari buku pembantu persediaan (subsidiary
ledger). Sesudah selesai disusun, selanjutnya laporan persediaan barang akan
disampaikan kebagian keuangan yang nantinya akan dipakai sebagai bagian data
untuk menyusun laporan keuangan, yakni laporan laba rugi dan neraca.
a. Pencatatan
Mutasi Barang dalam Kartu Gudang
Kartu gudang memiliki fungsi sebagai tempat
mencatat mutasi (keluar masuknya) kuantitas tiap-tiap jenis barang sehingga
kuantitas ketersedian barang setiap waktu bisa diketahui. Oleh sebab itu dari
pengelolaan kartu gudang bisa dibuat laporan kuantitas ketersediaan setiap
jenis barang secara periodik. Dokumen-dokumen pendukung pencatatan dalam kartu
gudang antara lain sebagai berikut:
a) Tembusan
faktur penjualan tunai, dicatat sebagai mutasi keluar.
b) Surat
order pengiriman, dicatat sebagai mutasi keluar.
c) Tembusan
laporan penerimaan barang, dicatat sebagai mutasi masuk.
d) Tembusan
memo kredit sebagai bukti transaksi pembelian retur, dicatat sebagai mutasi
keluar.
b. Laporan
Sediaan Gudang
Pencatatan mutasi tiap-tiap jenis barang
dilaksanakan seperti pada gambar diatas. Di dalam keadaan tertentu, laporan kesediaan
gudang bisa dibuat berdasarkan data kartu gudang, artinya tidak dibuat
berdasarkan hasil pemeriksaan barang secara fisik. Dalam hal ini, laporan bisa
dibuat dengan mengiformasikan sisa awal periode, mutasi masuk, mutasi keluar,
serta sisa akhir periode. Seperti contohnya, sediaan barang D-1 pada gambar di
atas disajikan dalam laporan sediaan gudang seperti halnya pada gambar dibawah
ini:
c. Pencatatan
Selisih Kuantitas Sediaan
Sering terjadinya selisih antara kuantitas barang
menurut kartu gudang dengan kuantitas barang menurut hasil dari penghitungan
fisik barang. Selisih kuantitas barang dapat timbul akibat kesalahan
penghitungan fisik barang pada saat terjadi mutasi, kerusakan, karena barang
susut apabila satuannya kg, ataupun kekeliruan pencatatan pada kartu gudang.
Dalam hal ini terjadinya selisih kuantitas barang
antara data kartu gudang dengan hasil data penghitungan fisik, sepanjang
selisih yang timbul tersebut dipandang tidak cukup berarti dalam artian wajar, maka
kuantitas barang yang dilaporkan ialah kuantitas barang menurut hasil penghitungan
fisik.
Selisih yang terjadi dapat selisih lebih, dapat
juga selisih kurang. Selisih lebih artinya adalah kuantitas barang menurut
penghitungan fisik lebih tinggi dibandingkan dengan kuantitas barang menurut
kartu gudang. Dalam hal ini, selisih kuantitas barang dicatat pada kartu gudang
sebagai mutasi masuk. Sementara selisih kurang artinya adalah kuantitas barang
menurut penghitungan fisik lebih rendah dibandingkan dengan kuantitas barang
menurut kartu gudang, dalam hal ini selisih kurang dicatat pada kartu gudang
sebagai mutasi keluar.
Posting Komentar untuk "MENYUSUN LAPORAN PERSEDIAAN BARANG"
Berkomentarlah sesuai topik pembahasan artikel, dan jangan ragu untuk menegur kami apabila ada kesalahan dalam artikel. Terima kasih.