Perencanaan Fasilitas, Perancangan Sistem Kerja, dan Perencanaan Agregat
Perencanaan Fasilitas, Perancangan Sistem Kerja, dan Perencanaan Agregat
A. Perancanaan Fasilitas
Perencanaan fasilitas adalah suatu kegiatan yang
dilaksanakan sebelum dan sesudah perusahaan beroperasi, yakni menentukan
bagaimana suatu aset tetap perusahaan dipergunakan secara baik untuk menunjang
tujuan-tujuan perusahaan.
Secara umum tujuan dari perencanaan fasilitas,
antara lain sebagai berikut:
1) Menunjang
tujuan organisasi melalui peningkatan penanganan material dan penyimpanan
2) Meminimalkan
investasi modal
3) Menggunakan
tenaga kerja, peralatan, ruang, serta energi secara efektif
4) Meningkatkan
keselamatan serta kepuasan kerja
5) Mempermudah
pemeliharaan
Menurut Tompkins (1984), proses perencanaan
fasilitas adalah suatu proses yang berkelanjutan, yang bisa digambarkan dalam
bentuk daur hidup fasilitas, antara lain sebagai berikut:
Fase
I (Tetapkan Tujuan Fasilitas)
1. Untuk
perencanaan suatu fasilitas baru ataupun pengembangan dari fasilitas yang sudah
ada, barang yang akan dibuat, ataupun jasa yang akan dihasilkan harus bisa
dinyatakan secara kuantitatif, termasuk volume dan tingkat kegiatannya, jika memang
memungkinkan.
Fase
II (Kembangkan Rencana Fasilitas)
2. Tentukan
kegiatan utama dan kegiatan penunjang yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan
itu.
3. Tentukanlah
hubungan antar seluruh kegiatan
4. Tentukan
kebutuhan ruangan untuk seluruh kegiatan
5. Susunlah
alternatif-alternatif dari rencana fasilitas
6. Evaluasi
alternatif-alternatif yang ada tersebut
7. Pilihlah
alternatif rencana fasilitas yang terbaik
Fase
III (Tetapkan Rencana Fasilitas)
8. Tetapkan
rencana fasilitas yang telah dipilih tersebut
9. Pelihara
dan sesuaikan dengan keadaan yang ada
10. Kembali
ke langkah 1 untuk mengevaluasi apakah tujuan yang semula masih tetap atau bisa
jadi sudah ada perubahan.
Berdasarkan klasifikasinya perencanaan fasilitas ini
bisa dibagi dalam tiga jenis, antara lain yaitu:
1) Perencanaan lokasi, yaitu
suatu kegiatan strategis yang tujuannya untuk memaksimalkan keuntungan lokasi
bagi perusahaan sehingga perusahaan bisa beroperasi dengan lancar, dengan biaya
yang rendah, serta memungkinkan perluasan di masa yang akan datang.
2) Perencanaan tata letak, yaitu
meliputi desain atau konfigurasi dari bagian-bagian, pusat kerja, serta
peralatan yang membentuk suatu proses perubahan dari bahan mentah menjadi bahan
jadi.
3) Perencanaan sistem penanganan
material, yaitu menangani material dengan menggunakan
peralatan dan metode yang benar.
Salah satu keputusan penting di dalam perusahaan
yang dilaksanakan oleh manajemen yaitu menentukan tingkat produksi dari barang
atau jasa yang perlu disiapkan untuk masa yang akan datang.
B. Perancangan Sistem Kerja
Perancangan sistem kerja adalah faktor penting dalam
manajemen operasi karena selain berhubungan dengan produktivitas, juga berkaitan
dengan kepuasan kerja. Sistem kerja yang baik dibutuhkan untuk membangun
semangat kerja karyawan yang tinggi dalam suasana kerja yang menyenangkan dan
tidak membosankan. Sistem kerja yang baik juga memperhatikan bagaimana kondisi
lingkungan kerja sehingga bisa memberi rasa aman, sehat, serta mencegah
terjadinya kecelakaan pada saat bekerja.
Perancangan sistem kerja membutuhkan perhatian dari kedua
belah pihak, yaitu manajemen perusahaan dan karyawan itu sendiri, karena prosedur,
kondisi kerja, serta waktu standar yang ditetapkan harus realistis serta bisa
dilaksanakan oleh karyawan dalam kondisi yang normal.
Dalam hal ini ada dua elemen penting dalam
perancangan sistem kerja, antara lain yaitu: rancangan tugas (job design) dan pengukuran
kerja.
1. Rancangan Tugas (Job
Design)
Rancangan tugas adalah rincian isi dan cara
pelaksanaan tugas atau kegiatan, yang meliputi siapa yang mengerjakan tugas, bagaimana
tugas tersebut dilakukan, dimana tugas tersebut dikerjakan, dan hasil apa yang
diharapkan.
Tujuan rancangan tugas adalah untuk menciptakan
suatu sistem kerja yang produktif dan juga efisien. Dengan adanya rancangan
tugas ini, karyawan bisa mengetahui dan menjalankan tugasnya dengan baik,
tingkat keluar masuk karyawan akan lebih rendah, dan diperoleh kondisi serta
lingkungan kerja yang lebih baik.
Rancangan tugas ini harus dalam bentuk tertulis,
sehingga terdapat dokumen yang bisa menjadi rujukan, dimengerti, serta
disepakati oleh pihak manajemen maupun oleh pekerja. Kesepakatan ini dibutuhkan
agar terjadi keseimbangan, yakni bisa dilaksanakan secara wajar oleh karyawan namun
tetap merangsang produkstivitas pekerja yang tinggi seperti halnya yang dikehendaki
oleh manajemen perusahaan.
2. Pengukuran Kerja
Pengukuran kerja adalah berkaitan dengan penentuan
waktu standar, yakni waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja terlatih untuk menyelesaikan
suatu tugas, bekerja pada tingkat kecepatan yang berlanjut (sustainable rate),
serta menggunakan metode, mesin, peralatan, material, serta pengaturan tempat
kerja tertentu.
Penentuan waktu standar adalah masukan penting untuk
perencanaan proses produksi, perencanaan tenaga kerja produksi, serta penentuan
sistem insentif. Dalam hal ini terdapat beberapa cara dalam pengukuran waktu
standar, antara lain yaitu:
a) Studi
waktu
b) Waktu
standar yang ditentukan sebelumnya
c) Pengambilan
sampel kerja
C. Perencanaan Agregat
Perencanaan jangka panjang perusahaan akan dijabarkan
lebih lanjut dalam perencanaan jangka menengah, yakni berupa business plan (rencana bisnis) yang
berisi rencana kegiatan perusahaan dalam jangka waktu 3 sampai 18 bulan yang mendatang.
Rencana bisnis ini didasarkan atas perkiraan kondisi perekonomian, industri, maupun
persaingan dimasa yang akan datang, dan mencerminkan strategi perusahaan dalam
mencapai sasaran.
Bagian rencana bisnis yang berkaitan dengan kegiatan
produksi atau operasi disebut dengan rencana produksi atau dikenal dengan
istilah perencanaan agregat (aggregate planning), yang tujuannya
untuk mengembangkan suatu rencana produksi secara menyeluruh, yang fisibel
serta optimal. Fisibel disini berarti bisa memenuhi permintaan pasar sesuai
dengan kapasitas yang ada, sementara optimal disini berarti menggunakan sumber daya
sebijaksana mungkin dengan pengeluaran biaya yang serendah mungkin.
Perencanaan agregat berkaitan dengan penentuan
jumlah dan waktu produksi untuk jangka waktu menengah. Dalam hal ini manajer
operasi harus menentukan jalan terbaik agar memenuhi perkiraan permintaan
dengan cara menyesuaikan rata-rata produksi, tingkat penggunaan tenaga kerja,
tingkat persdiaan, kerjasama (subkontrak), lembur, atau variabel lain yang bisa
dikendalikan.
Posting Komentar untuk "Perencanaan Fasilitas, Perancangan Sistem Kerja, dan Perencanaan Agregat"
Berkomentarlah sesuai topik pembahasan artikel, dan jangan ragu untuk menegur kami apabila ada kesalahan dalam artikel. Terima kasih.