Cara Memilih Sistem Kearsipan yang Sesuai
Cara Memilih Sistem Kearsipan yang Sesuai
Sistem
penyimpanan arsip atau warkat adalah suatu proses kegiatan atau proses
pengaturan yang dimulai dari penerimaan, pencatatan, dan penyimpanan dengan
menggunakan sebuah sistem tertentu, serta menemukan kembali dengan cepat dan
tepat, penggunaan, pemeliharan, penyusutan dan pemusnahan suatu arsip.
A. Sistem Penyimpanan dan Tujuan Sistem Penyimpanan Arsip
Setidaknya
terdapat beberapa macam sistem penyimpanan arsip yang bisa dipilih untuk
penyimpanan arsip, antara lain yaitu:
a.
Penyimpanan
Arsip Sistem Abjad
Susunan
penyimpanan arsip pada sistem abjad ini ialah berdasarkan urutan abjad. Biasanya
sistem penyimpanan arsip ini digunakan untuk sistem nama, sistem geografis dan sistem
subjek.
b.
Penyimpanan
Arsip Sistem Tanggal
Sistem
kronologis atau sistem tanggal adalah sistem penyimpanan arsip yang didasarkan pada
urutan waktu surat diterima atau surat dikirim ke luar. Pada sistem ini
menyimpan warkat disusun menurut urutan tanggal. Sistem ini sangat tepat untuk dipilih
bagi warkat-warkat yang harus memperhatikan jangka waktu tertentu, seperti misalnya
surat tagihan.
c.
Penyimpanan
Arsip Sistem Nomor
Penyimpanan
arsip sistem nomor ialah cara penyimpanan arsip menurut urut-urutan angka
dimulai dari satu dan terus meningkat hingga angka yang lebih besar.
d.
Penyimpanan
Arsip Sistem Wilayah
Penyimpanan
arsip sistem wilayah yaitu tata cara penyimpanan arsip menurut pembagian
wilayah. Contohnya seperti: Pembagian arsip menurut pulau (Jawa, Sumatera, Kalimantan)
atau bisa jadi menurut wilayah provensi (DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah
Istimewa Yogyakarta, dll).
e.
Penyimpanan
Arsip Sistem Masalah/Subjek
Yaitu
dalam sistem ini seluruh naskah/dokumen disusun dan dikelompokan berdasarkan pokok
soal atau masalahnya. Masalah-masalah tersebut bisa dipecah lagi menjadi sub-masalah
dan seterusnya.
Lebih
jauh ada beberapa pendapat mengenai tujuan kearsipan menurut para ahli, antara
lain yaitu:
a.
Menurut
Undang Undang nomer 7 tahun 1971 Bab I pasal 3
Menurut
Undang-Undang, tujuan arsip adalah untuk menjamin keselamatan bahan pertanggungjawaban
nasional mengenai perencanaan, pelaksanaan dan penyelenggaraan kehidupan
kebangsanaan serta untuk menyediakan bahan pertanggungjawaban tersebut bagi
kegiatan pemerintah.
b.
Menurut
Drs. Anhar
Menurut
Drs. Anhar tujuan kearsipan yaitu untuk menyimpan warkat sedemikian rupa sehingga
mudah ditemukan kembali jika sewaktu-waktu warkat/arsip tersebut diperlukan.
c.
Menurut
Drs. Soewito
Tujuan
kearsipan menrurut Drs. Soewito antara lain yaitu:
1)
Agar
arsip terpelihara dengan baik, teratur dan aman
2)
Mudah
mendapatkan kemblai arsip yang dibutuhkan
3)
Untuk
menjaga kelestarian arsip
4)
Untuk
menghindari pemborosan waktu dan tenaga dalam mencari arsip yang dibutuhkan
5)
Untuk
menjaga kerahasiaan arsip
6)
Untuk
menghemat tempat penyimpanan arsip.
Jadi
dapat kita simpulkan bahwa tujuan kearsipan yaitu untuk:
1)
Menjamain
Keselamatan dokumen/warkat sebagai bahan pertanggungjawaban
2)
Untuk
mempermudah menemukan warkat dengan cepat dan tepat
3)
Dapat
menyimpan warkat dengan sistem tertentu secara sistematis dan efesien
4)
Dapat
menjaga dan memelihara kelestarian dan kerahasian arsip
5)
Meningkatkan
efesiensi dan efektivitas baik waktu, tempat dan biaya dalam pengelolaan arsip.
B. Ciri Pokok Sistem Pengarsipan yang Baik
Suatu
sistem yang baik perlu diterapkan dalam sebuah organisasi sehingga dapat diandalkan
dalam kecepatan, ketepatan dan ketelitian, yang nantinya akan menghasilkan
informasi-informasi yang diperlukan. Dalam hal ini terdapat ciri pokok sistem
filling yang baik, antara lain yaitu:
1)
Tidak
memakan tempat
2)
Sederhana
dalam menerapkan suatu sistem
3)
Mudah
dicapai bila diperlukan
4)
Ekonomis
dalam hal biaya, pikiran, tenaga dan peralatan
5)
Fleksibel
dan mudah dalam penyesuaian
6)
Sistem
yang dipakai harus disesuaikan dengan tujuan, jenis dan besar kecilnya sutu
organisasi
7)
Mudah
dilaksanakan
8)
Melakukan
retensi sesuai dengan jadwal
9)
Lembaran
petunjuk silang dapat digunakan bila arsip mempunyai judul lebih dari satu
10) Mengunakan klasifikasi agar tidk
banyak waktu untuk menyimpan dan menemukan kembali
11) Out slip digunakan untuk
mengetahui siapa yang meminjam arsip tersebut.
Dalam
hal ini untuk memilih sistem filling yang effesien, terdapat beberapa pedoman
yang perlu dipertimbangkan, diantaranya yaitu:
1)
Menetapkan
metode filling yang paling cocok dengan bentuk atau badan usaha yang bersangkutan.
Sebuah metode filling dianggap tepat dan cocok untuk suatu badan usaha dipengaruhi
oleh faktor:
(a)
Tujuan
atau jenis aktivitas badan usaha
(b)
Besar
kecilnya suatu badan usaha
2)
Tetapkan
organisasi kearsipan sesuai dengan ruang llingkup badan usaha yang bersangkutan
3)
Tempatkan
pegawai yang benar-benar ahli atau yang memiliki pengetahuan dalam bidang
filling
4)
Ikuti
prosedur filling yang telah ditetapkan
5)
Adakan
pendidikan kader kearsiapan secara kontinu
6)
Adakan
pengawasan secara terus-menerus
7)
Pergunakan
perlengkapan teknis-teknis kearsipan sesuai dengan metode filling yang telah
ditetapkan
8)
Biarkan
operator (para arsiparis) untuk bekerja dengan tekun, jangan sampai menunda-nunda
pekerjaan.
{|CATATAN| Karena pembahasan ini berkaitan, jangan lupa baca juga 3 artikel berikut:
1) Pengertian Arsip dan Kearsipan Secara Umum
2) Masalah Pokok Kearsipan Menurut Para Ahli
3) Jenis-Jenis Peralatan dan Perlengkapan Penyimpanan Kearsipan}
C. Prosedur Pengarsipan
Untuk
menjamin kecepatan dan ketepatan penyimpanan serta menemukan kembali arsip yang
telah disimpan, maka terlebih dahulu perlu dilaksanakan beberapa kegiatan dan
tindakan, antara lain yaitu:
1)
Mengumpulkan
warkat dari berbagai unit organisasi
2)
Memeriksa
dan meneliti tanda pelepas (release Mark). Warkat baru boleh disimpan setelah
memperoleh tanda pelepas (relese mark) berupa kata-kata, seperti simpan, file,
arsipkan, deponeer atau disingkat dep = simpan, ataupun paraf dan sejenisnya
yang biasa digunakan oleh pimpinan sebagai bukti tanda pelepas.
3)
Pemberian
kode warkat, untuk memudahkan penempatan warkat di laci, dibelakang guide dan
difolder mana.
4)
Membaca
warkat untuk menetapkan judul (filling
caption) sesuai dengan sistem yang dipergunakan.
5)
Penyortiran,
penyortiran ialah kegiatan memisah-misahkan warkat berdasarkan kode yang telah
ditetapkan.
6)
Pembuatan
Follow up slip, Follow slip dipersiapkan untuk warkat yang membutuhkan tidak
lanjut dikemudian hari. Lembar tindak lanjut ini sendiri disimpan pada berkas
peringatan (ticler file).
7)
Pembuatan
lembar petunjuk silang, dibutuhkan untuk judul surat yang lebih dari satu.
8)
Penggolongan
warkat, bertujuan untuk memudahkan penyimpanan ke dalam file menurut sistem
yang dipahami.
9)
Routing
Slip (Lembar Beredar), diperlukan jika satu warkat harus disampaikan lebih dari
satu unit atau diolah oleh beberapa bagian atau pejabat tertentu. Seperti
lembar disposisi dan kartu kendali.
10) Penyimpanan warkat, warkat yang
sudah dikelompokan dimasukan ke dalam file masing-masing dan sistemnya
dimasukan ke dalam filling cabinet
sesuai dengan sistem penyimpanan yang di gunakan.
11) Pemeliharaan, perawatan serta
pemusnahan arsip menurut peraturan yang berlaku.
D. Macam-Macam Asas Pengelolaan Kearsipan
Untuk
tugas pengurusan atau pengelolaan arsip, organisasi kantor dapat menggunakan
dua asas dari tiga asas, yaitu asas sentralisasi, asas desentralisasi serta asas
gabungan sentralisasi dan desentralisasi.
a.
Asas
Sentralisasi
Asas
sentralisasi adalah pengurusan surat ataupun arsip lainnya yang berkaitan
dengan pengurusan surat masuk dan surat keluar serta penyelenggaraan arsipnya
dilaksanakan oleh satu bagian khusus atau unit tersendiri. Bagian ini dikenal
dengan nama Unit arsip dan Ekspedisi.
Dengan
adanya unit khusus ini berarti unit-unit lainnya selain dari unit khusus tersebut
tidak diperkenankan menerima dan mengurus surat-surat secara langsung. Asas
sentralisasi arsip ini akan efesien dan efektif apabila dilakukan oleh kantor
yang lingkupnya kecil.
Kelebihan
asas sentralisasi arsip antara lain yaitu:
1)
Efesiensi
alat, alat dan biaya, maksudnya dapat menghemat alat, ruangan dan biaya
2)
Sistem
penyimpanan arsip dapat diseragamkan
3)
Penggunaan
tenaga kerja lebih fleksibel
4)
Pengawasan
yang efektif dapat ditingkatkan.
Kelemahan
asas sentralisasi yaitu:
1)
Asas
sentralisasi hanya efesien dan efektif untuk organisasi yang kecil
2)
Tidak
semua jenis arsip dapat disimpan dalam satu sistem penyimpanan
3)
Unit
kerja yang besar akan ;mengalami hambatan dan lambat memeroleh arsip yang
dibutuhkan.
b.
Asas
Desentralisasi (Asas Pemencaran)
Asas
desentralisasi dapat diartikan dengan segala kegiatan yang berkaitan dengan
pengurusan surat masuk dan keluar serta menyelenggarakan kearsipannya
dilaksanakan oleh setiap unit dalam suatu organisasi, sehingga setiap unit
dalam organisasi kantor tersebut bisa mengurus masing-masing pekerjaaan yang
diperlukan lingkungannya.
Biasanya
asas ini dilaksanakan di kantor-kantor pemerintah ataupun swasta yang unit
kerjanya luas. Dalam hal ini setiap unit kerja akan bertanggungjawab atas
kegiatan pekerjaan kantor termasuk tugas kearsipan. Tugas kearsipan mulai dari
pencatatan, penyimpanan, peminjaman, pengawasan, pemindahan sampai dengan
pemusnahan, akan dilakukan pada setiap unit kerja.
Kelebihan
asas desentralisasi:
1)
Dapat
menjaga kerahasiaan kantor, karena pelaksanaannya dapat dilakukan oleh unit
kerja masing-masing
2)
Pengolahan
arsip dapat dilakukan sesuai kebutuhan unit kerja masing-masing
3)
Untuk
memperoleh arsip mudah terpenuhi, karena berada pada unit kerja sendiri
4)
Pekerjaan
dapat dikerjakan oleh karyawan yang paling sesuai
5)
Pengurutan
arsip mudah dikerjakan, karena arsipnya sudah dikenal baik
6)
Perencanaan
dan pengawasan pekerjaan dapat dilakukan secara efektif.
Kelemahan
asas desentralisasi:
1)
Penyimpanan
arsip tersebar disetiap unit kerja, sehingga bisa menimbulkan pemborosan alat
maupun ruangan
2)
Pendidikan
dan latihan kearsipan harus diselenggarakan oleh kantor pusat, agar petugas
memiliki latar belakang pendidikan kearsipan
3)
Pengawasan
juga dilakukan oleh kantor pusat, sehingga menimbulkan pemborosan
4)
Pemusnahan
arsip harus dilakukan pada setiap unit kerja, sehingga menimbulkan pemborosan.
Meskipun
terdapat kelebihan dan kelemahan dari asas sentralisasi ataupun asas
desentralisasi dalam kegiatan kearsipan, akan tetapi pelaksanaannya tetap
disesuaikan dari kebutuhan kantor yang melaksanakannya. Untuk mengatasi
kelemahan dari kedua asas tersebut, maka bisa pula dengan melaksanakan asas
gabungan dari kedua asas tersebut.
c.
Asas
Gabungan Sentralisasi dan Desentralisasi
Asas
gabungan ialah penyelenggaraan arsip dengan memadukan kelebihan asas
sentralisasi dan desentralisasi, sehingga kelemahan-kelemahan dari kedua asas
tersebut bisa diperkecil. Pelaksanaan dalam praktiknya bisa dilaksanakan dengan
penyimpanan arsip aktif secara desentralisasi, sementara penyimpanan arsip
inaktif dipusatkan (sentralilasi).
Lebih
jauh dalam menerapkan asas gabungan ini perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1)
Penyeragaman
klarifikasi antara arsip pusat dengan arsip bagian/unit organisasi
2)
Hindari
penumpukan arsip di pusat kearsipan
3)
Ruang
arsip pusat tidak jauh letaknya dari masing-masing unit yang ada.
Posting Komentar untuk "Cara Memilih Sistem Kearsipan yang Sesuai"
Berkomentarlah sesuai topik pembahasan artikel, dan jangan ragu untuk menegur kami apabila ada kesalahan dalam artikel. Terima kasih.